Jumat, 31 Mei 2013

Sistem Terdesentralisasi dalam Pengelolaan Limbah

Pada postingan sebelumnya mengenai tempat-tempat pengolahan air limbah yang berwujud “botanical garden”, saya menyebutkan istilah desentralisasi. Lawan dari sistem terdesentralisasi yaitu sistem terpusat. Pada sistem terpusat, air limbah dari masing-masing sumber (rumah) dikumpulkan menggunakan pipa-pipa penyalur kemudian diolah secara bersama-sama pada suatu instalasi pengolahan air limbah yang sifatnya terpusat. Dengan kata lain, mengolah limbah dari seluruh area yang dilayani oleh pipa pengumpul. Terkadang sering terjadi kerancuan antara sistem terdesentralisasi dengan “teman-temannya”, yaitu sistem onsite dan cluster. Jadi, sebenarnya apa itu sistem pengelolaan air limbah terdesentralisasi dan apa saja manfaatnya?
Sistem onsite merupakan suatu sistem di mana air limbah dikumpulkan, diolah, dan dibuang (maupun direklamasi) di lokasi tempat tinggal masing-masing penduduk. Pada sistem onsite tidak ditemukan adanya pipa penyalur gabungan (dari beberapa rumah) maupun fasilitas pengolah limbah terpusat. Komponen sistem onsite konvensional antara lain septic tank dan bidang resapan.
Sistem cluster merupakan sistem pengumpul dan pengolahan limbah yang melayani dua atau lebih tempat tinggal namun tidak keseluruhan komunitas masyarakat. Septic tank maupun unit pengolahan aerobik di masing-masing tempat tinggal menjadi suatu langkah pengolahan awal untuk kemudian dilakukan penyaluran efluen gabungan dari masing-masing unit tersebut ke suatu unit pengolahan tertentu (gabungan) yang kapasitasnya lebih kecil daripada sistem pengolahan terpusat.
Sistem terdesentralisasi adalah sistem pengolahan dan pembuangan limbah berkapasitas kecil yang melayani tempat tinggal individu maupun beberapa rumah atau kantor yang lokasinya berdekatan. Di dalam sistem terdesentralisasi terjadi kombinasi antara sistem onsite dan cluster.
Manfaat Sistem Terdesentralisasi
1. Dapat tetap memanfaatkan infrasutruktur yang sudah ada (septic tank tetap dapat dipakai)
2. Tidak memerlukan sistem penyalur air limbah berkapasitas besar
3. Sesuai (dan mungkin paling efektif dari segi biaya) bagi masyarakat pedesaan yang memiliki pola permukiman tersebar
4. Cocok untuk berbagai kondisi daerah termasuk yang memiliki kondisi ekologi yang sensitif
5. Metode pengolahan dapat disesuaikan dengan berbagai kondisi situs (daerah)
6. Lebih hemat karena mengedepankan langkah-langkah preventif sebelum krisis terjadi, di mana metode pengelolaan disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat, sehingga dapat mengurangi biaya yang tak terduga.
Nah, mudah-mudahan postingan ini bisa memberi gambaran yang lebih jelas mengenai sistem desentralisasi dalam pengelolaan air limbah.
Sumber: http://www.nesc.wvu.edu/pdf/WW/publications/pipline/PL_FA00.pdf (diakses tanggal 29 November 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar